Oleh-oleh dari kuliah ekonomi
makro Islam pertemuan ke empat (kalau gak salah). Kata pak dosen saya, Pak Suherman
Rosyidi, rajin pangkal pandai, bersih pangkal sehat, hemat pangkal kaya. Tapi,
hemat pangkal kaya ini masih harus ditinjau ulang. Kenapa? Karena mengurangi
jumlah uang beredar. Wow, saya belum pernah berpikiran sampai sono (padahal
saya sudah 3 tahun kuliah ekonomi --" )
Ketika masyarakat mulai berhemat,
maka mereka mengurangi budget untuk konsumsi. Betul? Nah, karena
mereka mengurangi konsumsi, misalnya biasanya sehari dia bisa membeli 2 mangkok
bakso tapi karena berhemat (mengurangi konsumsi), maka mereka cuma beli 1
mangkok bakso. Pedagang bakso yang tiap hari bisa menghabiskan 3kg daging karena
turunnya jumlah pembelian bakso, maka ia mengurangi pembelian daging ke penjual
daging mungkin jadi 2kg aja. Begitu juga dengan penjual daging akan mengurangi pembelian daging ke
supplier atau peternaknya. Kalau gini siapa yang rugi?
Kalau dilakukan secara individu sih, memang hemat bikin kaya karena duitnya kita tabung. Nah, kalau secara agregat hemat dilakukan sebagian besar masyarakat maka akan banyak pihak yang dirugikan. Konsumsi masyarakat akan menurun, output juga turun sehingga produsen akan memangkas jumlah pegawainya. Nah, pegawai yang terkena pemangkasan tersebut kan kasian. Semula dia berpenghasilan tapi sekarang tidak.
Kalau dilakukan secara individu sih, memang hemat bikin kaya karena duitnya kita tabung. Nah, kalau secara agregat hemat dilakukan sebagian besar masyarakat maka akan banyak pihak yang dirugikan. Konsumsi masyarakat akan menurun, output juga turun sehingga produsen akan memangkas jumlah pegawainya. Nah, pegawai yang terkena pemangkasan tersebut kan kasian. Semula dia berpenghasilan tapi sekarang tidak.
Dalam hal ini bukan berarti
masyarakat harus melakukan konsumsi sebanyak-banyaknya. Ingat, konsep
konsumsi dalam ekonomi Islam need tidak sama dengan want. Kita tidak boleh tabzdir
(boros). Konsumsi dilakukan bukan hanya karena ability saja, tapi memperhatikan
permisability juga. Jadi, dalam hal mengonsumsi perlu diperhatikan
konsep-konsep konsumsi dalam ekonomi Islam tersebut.
Oh ya, pas kuliah kemarin itu disinggung
juga tentang maskawin (mahar).
Kalau bukan sarjana ekonomi masih wajar saja maskawin tetap
disimpan menjadi kenang-kenangan. Tapi, kalau sarjana ekonomi menyimpan
maskawinnya itu perlu dipertanyakan. Menurut saya sih, konsepnya seperti hemat
tidak pangkal kaya itu sih :p
Tapi, namanya maskawin uang itu
kan biasanya dihias bagus gitu. Jadi sayang kalau mau dipakek. haha. tapi, bener
juga sih kata dosen saya kalau maskawin uang tidak boleh disimpan saja, tapi harus dibelanjakan. Bisa kan disebut menimbun alias tidak memproduktifkan uang kalau tidak dibelanjakan? :p
Hmm.. what’s your opinion? :D
Source of image :
seo.everywebspace.com
javaniz.com
http://3.bp.blogspot.com
mobavatar.com
maskawin-nya dipake kalo udah kepepeeeet ma..nek wes mepet,baru dibongkar :D
ReplyDeletehahaha. iy ci, kalo udah kepepet aja di pake (cadangan paling akhir). kan biasanya bagus2 maskawin itu, sayang mau d bongkar :p
ReplyDelete