Skip to main content

Apakah Harus Seperti itu?

Gini, di daerah rumahku, seringkali kalau lagi musim nikahan atau sunatan (*mau nulis kawinan kok ya kurang oke), ortu ku sehari bisa jadi dapet 3 undangan di waktu yang sama. Udah gitu, dirumah, bapak adalah orang paling ganteng. So, kalau dapet undangan walimah yang tabrak2 gitu, pasti ada yang dikorbanin. Waktu itu saya dan adik seringkali berfikiran kalau kita menyamar jadi cowok pake sarung dan kopiah buat gantiin bapak. Kita dateng ke acara walimah buat ngambil jatah "berkatan" aja. Tetanggaku sih mesti ketawa ngakak denger ide konyol kami. Ibu juga gitu, malah dukung tetangga -____-

Masalahnya bukan tentang penyamaran itu. Tapi aku sering kesel deh kalau musim hajatan. Bagi yang gak punya pekarangan, mereka nutup2 jalan. Jalan dialihkan, masuk2 ke gang kelinci yang gak aku kenal. Jadi lama nyampe tujuan dan alhasil sepanjang jalan jadi dongkol.

Pengalaman, waktu itu kelas 2 SMA. Pulang dari bimbel aku milih jalan "bobolan" biar lebih cepet nyampe rumah dan jalannya kan gak terlalu rame. Waktu itu pulang bimbel habis magrib. Perasaan jadi gak enak denger suara berdebum-debum. "Kek ada hajatan nih". Semakin lama semakin deket ama sumber suara. Well, It was reality. There was HAJATAN. "Masa ditutup nih jalannya? Aku kan gak tau daerah situ T.T"
Aku nyoba terus nrabas aja, ngikutin orang depanku. Akhirnya ketemukan seonggok papan dan selembar kertas yang menempel disitu bilang dengan enaknya "Maaf, jalan ditutup karena ada hajatan". Oh, meeen, apa-apa an ini. Udah capek dari bimbel, nyetir motor sendiri malem-malem, laper pula dan sekarang aku harus nyari jalan lain.

Itu bukan sekalinya aja lho, sering banget orang-orang nutup jalan demi hajatan mereka. Memang sih, acara bahagia kan perlu juga selamatan, tapi kalau harus nutup jalan kan merugikan orang juga ujung-ujungnya. Aku sering mikir, misal nih ya, ada orang lagi sakit parah atau ada ibu-ibu mau melahirkan. Lewat jalan biasanya mereka lewat ke rumah sakit, tapi jalan itu sekarang ternyata lagi ditutup karena ada hajatan. "Yo opo perasaanmu?" Posisikan anda menjadi orang sakit atau ibu-ibu hamil itu. Bisa jadi, gara-gara anda, penyakit orang itu jadi makin parah atau ibu-ibu itu jadi pendarahan banyak banget. Siapa sih yang tau bakal gimana seseorang itu. Wallahualam.

Waktu aku semester 3, ada dosen bahas masalah ini juga. Menurutnya, tindakan orang yang nutup jalan demi kepentingannya pribadi (kepentingan pribadi kan hajatan itu), itu termasuk tindakan menganiaya orang lho. Aniaya sodara-sodara. ANIAYA. Kita menganiaya orang, serem kan nyakitin orang.

Alhasil aku pun berpikiran tidak akan membuat hajatan (ketika kelak saya menikah) sampai makan jalan. Aku sampaikan pada orang tua, bapak setuju banget sama ideku. Beliau juga tidak suka dengan selamatan sampai sebegitunya. Kami malah berpikiran tidak bikin hajatan yang rame, tapi cukup sederhana saja. Tapi, si ibu sepertinya kurang setuju kalau dibikin biasa saja -_____- Selain saya gak mau ribet sama hajatan yang dimeriahkan sound system berdebum-debum, saya juga tidak terlalu suka dengan riasan manten pada umunya. Biasanya emang keliatan cantik sih pengantinnya, tapi akankah saya bisa betah dengan riasan seperti itu o.O hahahaha

Pertanyaan saya, apakah hajatan harus dilakukan seperti itu? Seringkali saya dengar ada ibu-ibu yang mengeluh tidak punya uangg, tapi eh ternyata bisa bikin hajatan yang sebegitu gedenya buat anaknya. emang sih, orang tua ingin mengistimewakan hal-hal tertentu menyangkut anaknya. Tapi, poinnya adalah janganlah memaksa jika tidak sanggup. Seringkali juga demi adat, atau gengsi dengan tetangga seseorang rela hutang demi MENGADAKAN HAJATAN PAKE TENDA. Menurutku sih, mending sederhana saja, yang penting kan maknanya *eeciyeee

Jadi, menurutku sih kalau mau bikin hajatan, alangkah kebih baik sederhana saja dan tidak MAKAN BADAN JALAN. Kalau mau meriah, alangkah lebih baiknya jika menyewa gedung untuk pesta tersebut. Kan lebih aman tuh, anda gak kena umpatan para korban pengalihan jalan. Hidup itu lebih nyaman jika kita berbuat baik dengan sesama :)

Comments

Popular posts from this blog

Perjalanan PCPM BI 2016 (PCPM 32)

September 2016 Beberapa grup mulai bertebaran informasi adanya rekrutmen BI ini. Entah kenapa saat hari pertama dibukanya lowongan PCPM ini saya langsung daftar, padahal biasanya saya daftar pada hari kesekian. Begitu daftar waah saya dapat nomor registrasi udah ratusan aja. Wajar aja sih, BI masih menjadi idola, tak heran yang registrasi hingga 86rb sekian (info dari pihak PPM saat seleksi potensi dasar. Berikut timeline yang saya capture dari website PPM. Alhamdulillah lolos dari seleksi administrasi. Saya mendapat jadwal untuk mengikuti seleksi potensi dasar pada hari Sabtu tanggal 24 September 2016, shift 2 (pukul 11.00). Tanggal tersebut bertepatan dengan jadwal wisuda. Saya telepon pihak PPM untuk reschedule  pada hari berikutnya yaitu Minggu. Alhamdulillah diizinkan dan saya disuruh datang pagian jam 6.30 (karena saya meminta ikut shift 1 hari tersebut). Waktu itu saya udah pasrah banget, kalau dikasih izin ikut tes hari berikutnya ya Alhamdulillah ...

Welcome to the Jungle [2 of 2]

Mood nge-blog sedang baik. Jadi lumayan deh, nambah postingan. Masih seputar "Welcome to the Jungle". Kalau dilihat dari kondisi sekarang, kalau saya gak bersyukur, rasanya saya kebangetan sekali. kalau diitung dari masa selesai wisuda, Alhamdulillah, saya nganggur sekitar 2 bulanan, lalu dapat pekerjaan nan jauh disana *alay Kata Dahlan Iskan " Setiap Orang Punya  Jatah  Gagal,  Habiskan Jatah Gagalmu  ketika Kamu masih Muda" Err...sebenernya saya tau quote ini bukan dari baca atau liat sendirinya, tapi denger dari salah seorang teman. Kalau dihitung, Saya mengirim CV ke berbagai perusahaan udah lebih dari 60. Serius lho!! gara-gara quote itu sih, gagal tes disini, saya kirim lamaran lagi ke perusahaan yang lain. Gagal ditahap interview, saya kirim lamaran lagi ke perusahaan lain. Udah psikotes, udah interview, trus gak ada kabar sama sekali, rasanya itu... T.T Memang sih, gak semua perusahaan gak ngasih kabar, ada beberapa perusahaan yang mengirim s...

First Salary

Alhamdulillah, I got my fisrt salary last month ago. How's your feeling when received your 1st salary? Happy? Sad? Nothing special? Then, what about me? I felt nothing special. Err, it seems I'm an arrogant ones, I don't give thanks to Allah because of His sustenance. But, it's not like that >.< Somehow, I ever imagine that I will be so happy when I get my 1st salary. I make some promise to myself that. One of them: if I get my 1st salary I'll treat my parent and my sister. Alhamdulillah, I could keep my promise :) The reality, I felt nothing special T.T I mean, the happiness that I've ever Imagined before isn't same now. Today, I go back to this city again. Continue my life in here for a while *amiiin. And my curiosity about my future appear again. But, I got something after watched YOT last saturday. It's about backup plan. They said, you are crazy if you leave your job now without backup plan. I start to make some backup plans today. I'...