Seumur-umur, saya merasakan mudik lebaran baru 2 kali.
Pertama, mudik dari Mataram. Kedua, mudik dari Madiun. Seneng banget deh waktu itu bisa merasakan mudik. Jauh-jauh hari udah mantengin tiket pulang sekalian balik. Waktu itu saya dikasih libur agak panjang, ngurus reschedule tiket pun saya belain jauh-jauh ke BIL karena kantor perwakilan maskapai tersebut nggak ada di kota Mataram. Biaya reschedulenya Alhamdulillah murah, malah mahal ongkos dari Mataram ke BIL (mau naek motor malas amat karena pas puasa).
Pun juga begitu saat mudik dari kota Madiun. Jauh-jauh hari mulai cek tiket kereta. Saya nggak bayangin kalau harus naik bus, macetnya duh duh duh. Mending naik kereta turun stasiun Gubeng (kalau malem kereta Madiun-Sidoarjo gak ada hiks), paling kena macetnya pas perjalanan ke Sidoarjo saat melewati jalan A. Yani.
Waktu mudik LOP-SUB, senengnya bukaan main. Dapet libur duluan *big thanks to my SPV, alhasil saya masih bisa buber dengan teman-teman, meskipun cuma sehari saja sempetnya, tetep Alhamdulillah banget deh, karena waktu itu rasanyaa rinduu sekali Sidoarjo-Surabaya.
Mudik MAD-SGU juga seneng banget karena mudiknya rame-rame, errr bertiga aja sih sebenernya dan hampir tiap minggu kami pulangnya juga bareng naik kereta atau bus. hehehe. tapi sueneng banget, akhirnya libur tiba setelah merasakan hectic banget beberapa hari mendekati libur, selain karena ada pengambilan gaji, THR, gaji ke-13 para pensiunan, juga penukaran uang baru dan isi ATM yang sempet ada selisih sampe lembur hingga hampir jam 24.00 di kantor :') Aduh, jadi rindu dengan teman-teman. Kami bersyukur tiada tara karena mendapat tiket tujuan Surabaya Gubeng dengan jadwal reguler (bukan kereta tambahan), karena beberapa teman mendapat tiket dari kereta tambahan tersebut dan mengalami keterlambatan kedatangan kereta, alhasil nunggu beberapa jam di stasiun Madiun, padahal saat itu kami sudah tiba di stasiun Gubeng.
Sebagai warga aseli Sidoarjo, mudik adalah hal yang pernah menjadi wishlist saya karena sumur-umur belum pernah mudik. Keluarga juga asli Sidoarjo. Silaturrahim saat lebaran pun di Sidoarjo. Bersyukur sekali akhirnya pernah mengalami mudik dan mendapatkan kelancaran dalam mudik.
Menjalang lebaran kemarin, media sosial ramai dengan teman-teman yang sedang merantau dan mengalami hambatan dalam mudik. Gunung Raung meletus sehingga bandara di Jawa Timur ditutup. Ada yang tetep tetap mudik dengan jatah libur lebaran yang minim dan ada yang membatalkan mudik (I know your feeling, libur lebaran nggak jadi pulang huhuhu). Ada pula yang sedang merantau di negeri orang, dengan situasi yang mungkin belum mendukung untuk pulang, jadinya belum berkesempatan mudik lebaran.
Salah satu perasaan yang paling menyenangkan adalah ketika mudik. Serius. Rasanya gak sabar ketemu orang tua, kembali ke rumah, berkumpul dengan keluarga, menyantap masakan rumah, dan lain sebagainya. Rasanya kita mendapat suntikan energi untuk menghadapi ke perantauan yang jauh dari keluarga. Kemudian, saat akan kembali ke perantauan adalah saat-saat yang rasanya-kalau-bisa-pause-pasti bakalan saya pause. Tidak semua orang beruntung mendapat pekerjaan pertama yang 'sesuai' dan terlebih lagi dekat rumah. Tapi dengan merantau akan membawa cerita tersendiri dan memberikan pembelajaran tersendiri. Satu pembelajaran yang saya dapat adalah, dengan merantau (jauh dari rumah), kamu akan jadi tangguh :')
Entahlah, dimasa depan saya bakalan merasakan mudik lagi atau enggak :)
Ngomong-ngomong, mumpung masih bulan syawal nih, saya mengucapkan Taqabbalallhu minna wa minkum. Selamat idul fitri 1436 H. Mohon maaf atas segala kesalahan maupun kekecewaan. Semoga kita menjadi pribadi yang lebiiiiiih baik lagi. Aamiin
Pertama, mudik dari Mataram. Kedua, mudik dari Madiun. Seneng banget deh waktu itu bisa merasakan mudik. Jauh-jauh hari udah mantengin tiket pulang sekalian balik. Waktu itu saya dikasih libur agak panjang, ngurus reschedule tiket pun saya belain jauh-jauh ke BIL karena kantor perwakilan maskapai tersebut nggak ada di kota Mataram. Biaya reschedulenya Alhamdulillah murah, malah mahal ongkos dari Mataram ke BIL (mau naek motor malas amat karena pas puasa).
Pun juga begitu saat mudik dari kota Madiun. Jauh-jauh hari mulai cek tiket kereta. Saya nggak bayangin kalau harus naik bus, macetnya duh duh duh. Mending naik kereta turun stasiun Gubeng (kalau malem kereta Madiun-Sidoarjo gak ada hiks), paling kena macetnya pas perjalanan ke Sidoarjo saat melewati jalan A. Yani.
Waktu mudik LOP-SUB, senengnya bukaan main. Dapet libur duluan *big thanks to my SPV, alhasil saya masih bisa buber dengan teman-teman, meskipun cuma sehari saja sempetnya, tetep Alhamdulillah banget deh, karena waktu itu rasanyaa rinduu sekali Sidoarjo-Surabaya.
Mudik MAD-SGU juga seneng banget karena mudiknya rame-rame, errr bertiga aja sih sebenernya dan hampir tiap minggu kami pulangnya juga bareng naik kereta atau bus. hehehe. tapi sueneng banget, akhirnya libur tiba setelah merasakan hectic banget beberapa hari mendekati libur, selain karena ada pengambilan gaji, THR, gaji ke-13 para pensiunan, juga penukaran uang baru dan isi ATM yang sempet ada selisih sampe lembur hingga hampir jam 24.00 di kantor :') Aduh, jadi rindu dengan teman-teman. Kami bersyukur tiada tara karena mendapat tiket tujuan Surabaya Gubeng dengan jadwal reguler (bukan kereta tambahan), karena beberapa teman mendapat tiket dari kereta tambahan tersebut dan mengalami keterlambatan kedatangan kereta, alhasil nunggu beberapa jam di stasiun Madiun, padahal saat itu kami sudah tiba di stasiun Gubeng.
Sebagai warga aseli Sidoarjo, mudik adalah hal yang pernah menjadi wishlist saya karena sumur-umur belum pernah mudik. Keluarga juga asli Sidoarjo. Silaturrahim saat lebaran pun di Sidoarjo. Bersyukur sekali akhirnya pernah mengalami mudik dan mendapatkan kelancaran dalam mudik.
Menjalang lebaran kemarin, media sosial ramai dengan teman-teman yang sedang merantau dan mengalami hambatan dalam mudik. Gunung Raung meletus sehingga bandara di Jawa Timur ditutup. Ada yang tetep tetap mudik dengan jatah libur lebaran yang minim dan ada yang membatalkan mudik (I know your feeling, libur lebaran nggak jadi pulang huhuhu). Ada pula yang sedang merantau di negeri orang, dengan situasi yang mungkin belum mendukung untuk pulang, jadinya belum berkesempatan mudik lebaran.
Salah satu perasaan yang paling menyenangkan adalah ketika mudik. Serius. Rasanya gak sabar ketemu orang tua, kembali ke rumah, berkumpul dengan keluarga, menyantap masakan rumah, dan lain sebagainya. Rasanya kita mendapat suntikan energi untuk menghadapi ke perantauan yang jauh dari keluarga. Kemudian, saat akan kembali ke perantauan adalah saat-saat yang rasanya-kalau-bisa-pause-pasti bakalan saya pause. Tidak semua orang beruntung mendapat pekerjaan pertama yang 'sesuai' dan terlebih lagi dekat rumah. Tapi dengan merantau akan membawa cerita tersendiri dan memberikan pembelajaran tersendiri. Satu pembelajaran yang saya dapat adalah, dengan merantau (jauh dari rumah), kamu akan jadi tangguh :')
Entahlah, dimasa depan saya bakalan merasakan mudik lagi atau enggak :)
Ngomong-ngomong, mumpung masih bulan syawal nih, saya mengucapkan Taqabbalallhu minna wa minkum. Selamat idul fitri 1436 H. Mohon maaf atas segala kesalahan maupun kekecewaan. Semoga kita menjadi pribadi yang lebiiiiiih baik lagi. Aamiin
Comments
Post a Comment