Saya pingin banget baca buku ini karena sempat lihat cuplikannya melalui youtube Mbak Hanum sedang menjadi bintang tamu diacara Hitam Putih. Saat melihatnya entah kenapa saya ikut nangis juga T.T
Terlepas saya kurang setuju dengan salah satu pemikiran Mbak Hanum, tapi saya mengesampingkan itu semua, saya tetap penasaran ingin membaca habis buku "I Am Sarahza" ini. Bahkan saya menamatkan buku ini tidak sampai sehari. Gimana saat membacanya? Nangis mulu hehehe.
I am Sarahza menceritakan tentang perjuangan sepasang suami istri Mas Rangga dan Mbak Hanum untuk mendapatkan momongan. Setelah menjalani 11 tahun usia pernikahan akhirnya Sarahza hadir dikehidupan mereka.
Buku ini menceritakan jungkir balik pasangan suami istri ini untuk mendapatkan buah hati dengan tak terhitung berapa rupiah yang sudah mereka habiskan. Mereka sudah melakukan 3 kali inseminasi, 2 kali operasi laparoskopi, dan 6 kali IVF (program bayi tabung). Sudah tidak terhitung lagi berapa sayatan diperut mbak Hanum, suntikan yang ia rasakan, bahkan sempat mengalami depresi.
Hal yang membuat menarik dari ceritanya adalah bagaimana perjuangan tanpa lelah yang dilakukan oleh sepasang suami istri ini. Istilah tanpa lelah ini sebenarnya kurang tepat juga sih, karena ada satu titik Mbak Hanum marah dengan dirinya sendiri, kecewa, hingga depresi. Mbak Hanum dan Mas Rangga bahkan sempat akan mengadopsi anak dari panti asuhan. Perjuangan mereka sangat berat dan dari membaca buku ini saya seolah-olah ikut merasakan perjuangan mereka T.T
Orang tua mereka, Pak Amien Rais dan istrinya juga tidak kalah turut andil untuk memperjuangkan kehadiran buah hati Mbak Hanum dan Mas Rangga. Ibu Mbak Hanum hingga mengalami bell's palsy selama menemani Mbak Hanum program bayi tabung keenam. Pak Amien Rais dengan support-nya yang bijak kepada Mbak Hanum bahwa tak sepantasnya ia putus asa dan mulai mempertanyakan kasih sayang Allah. Pak Amien juga sempat bernadzar untuk kehamilan Mbak Hanum dengan berjalan berkilo-kilometer padahal olah raga adalah bukan favorit beliau. Dari cerita itu saja saya juga mewek, betapa kasih sayang orang tua tiada batas kepada anak.
Justru yang membuat saya paling terkesan dengan cerita buku ini yaitu peran suami Mbak Hanum, yaitu Mas Rangga. Kalau Allah mengizinkan saya juga akan sangat bersyukur jika nanti bersanding dengan seseorang seperti Mas Rangga ini (tolong diaminkan - plis iya-in aja), bukan Rangganya Mbak Cinta yang pergi berlarut-larut terus hadir lagi ke kehidupan Cinta. Saat Mbak Hanum harus ditusuk dengan jarum (padahal ia sangat takut dengan jarum suntik), Mas Rangga juga akan melakukan hal sama yaitu ditusuk jarum tapi untuk keperluan lain, misalnya untuk tes gula darah, kolestrol, dll. Hal ini ia lakukan agar ia bisa merasakan sakitnya Mbak Hanum ditusuk jarum suntik dalam program hamil. Bahkan pada titik terendah Mbak Hanum, Mas Rangga masih bertahan disisinya. Padahal beberapa kolega mereka ada yang sampai bercerai perkara belum mendapatkan keturunan.
Mas Rangga tak henti-hentinya menyemangati Mbak Hanum agar tetap mau mencoba program hamil. Ketika Mbak Hanum down, Mas Rangga inilah supporting system utamanya (saya rasa tidak semua suami bisa seperti ini). Ia bahkan memblokir semua situs yang berhubungan dengan program kehamilan agar tidak bisa diakses Mbak Hanum (karena Mbak Hanum sempat merasa sangat down). Ia juga memastikan email dari pembaca (Mbak Hanum juga menulis buku lain yaitu 99 Cahaya di Langit Eropa, rembulan terbelah di langit Amerika, dll) tidak berisi pertanyaan seputar anak/keturunan. Bahkan saat talkshow buku, Mas Rangga yang menemani Mbak Hanum, selalu berdoa tidak akan ada yang bertanya seputar anak/keturunan. Pada satu kesempatan ia juga menyortir terlebih dahulu pertanyaan dari moderator untuk memastikan tidak ada yang bertanya seputar anak bahkan memastikan moderator tidak menerima pertanyaan yang tidak berhubungan dengan buku atau dunia tulis menulis. Mas Rangga juga selalu mempunyai cara untuk menghibur Mbak Hanum ketika kecewa program hamil yang dijalani ternyata tidak sukses. Ia akan membawa Mbak Hanum kesuatu tempat yang tidak disangka, atau melakukan sesuatu yang bermanfaat. Misalnya mereka akan menanam pohon ketika program hamil gagal, hal ini dilakukan sebagai simbol bahwa meskipun gagal tetapi mereka bisa mengubahnya dengan kebaikan yaitu menanam pohon. Ataupun mengajak Mbak Hanum ke tempat dekat stasiun untuk berteriak, mengeluarkan segala kekesalan. Salah satu cerita yang menarik lainnya yaitu Mas Rangga berulang kali meyakinkan kepada Mbak Hanum bahwa ia tidak akan meninggalkan Mbak Hanum.
Buku ini diakhiri dengan cerita program hamil bayi tabung keenam ini akhirnya sukses. Mereka sudah mendatangi klinik fertilitas yang katanya terbaik di dunia, kemudian melanjutkan program bayi tabung di Yogya, dan akhirnya berhasil program bayi tabung di salah satu klinik fertilitas di Surabaya. Saya pun tidak menyangka bahwa Mbak Hanum dan Mas Rangga ternyata berjuang jatuh bangun selama 11 tahun untuk mendapatkan buah hati. Saya melihat mereka selama ini sepertinya ya oke-oke saja. Tapi ya begitulah hidup, tidak selalu yang ditampilkan adalah kondisi sesungguhnya. Bahkan saya juga tidak menyangka Mbak Hanum sempat depresi karena saya melihatnya di media sosial sepertinya ya baik-baik saja.
Akhir pesan dari saya, buku ini must read pake banget!!! Melalui buku ini, Mbak Hanum dan Mas Rangga berpesan untuk semua pejuang (berjuang dalam hal apapun) bahwa:
teruslah berjuang, berdoa, dan bersyukur!
Comments
Post a Comment