Skip to main content

Ketika Waisya Merindukan Sudra

Kuliah di kota sebelah membuat saya harus kos deket kampus. Kos pertama saya sederhana, tidak ada garasinya. So, tiap kali kembali ke perantauan, saya naik kereta komuter. Tarif harga komuter dari jaman saya menjadi maba hingga sekarang semester 7 masih tetap Rp 2.000. Fyi, pernah naik menjadi Rp 3.000, dan itu hanya bertahan sehari. Esok harinya udah balik Rp 2.000 lagi.

Saya pertama kali naik komuter pas jaman-jaman SMA, kelas X kalau gak salah. Waktu itu saya bersama kedua teman SMP saya, Ovi dan Isa berencana nonton di delta plaza. Tapi, waktu itu sih kita kehabisan tiket nontonnya, jadi berujung jalan-jalan aja. hehe

Meskipun ada kereta Penataran, tapi saya lebih suka komuter. Meskipun Penataran jalannya lebih cepat, Sda-Sby 30 menit. Sedangkan kalau naik komuter Sda-Sby 1 jam, bahkan bisa 1,5jam kalau dia crash sama kereta lain, namun saya masih lebih suka naik komuter. Selain itu, udara di dalam komuter lebih melegakan karena jendelanya kebuka semua. haha. Ada yang lebih penting lagi, naik komuter relatif lebih aman dari tangan-tangan jahil daripada di Penataran.

Dari sinilah, saya menyebut Komuter dengan sebutan Sudra *jahat ya? :p
Kenapa saya menyebutnya Sudra? *WAE WAE WAE??? biar kayak di drama-drama
Pertama, karena jalannya lambat banget. Beneran lho ini. Sepengamatan saya, sebenernya dia bisa aja cepet. Komuter kalau dari stasiun Sidoarjo menuju stasiun Tanggulangin cepet kok jalannya. Tapi, begitu dari stasiun Sidoarjo menuju stasiun-stasiun lain ke arah utara, beuh dia jadi melambat. Mungkin takut nabrak kali ya? Soalnya daerah stasiun Sidoarjo ke utara (stasiun Pagerwojo, Buduran, Banjarkemantren, dan seterusnya hingga stasiun Semut) pengendara mobil dan motornya seram-seram. Seringkali mereka nekat nerabas palang. Sudah 2 kali saya naik komuter yang ketika itu nabrak mobil dan pada hari lainnya nabrak motor, padahal itu komuter dalam keadaan lemot lho.

Let's move, jangan membicarakan kelemotan komuter lagi :p
Alasan kedua adalah komuter ini selalu mengalah. Disaat dia dengan manisnya melenggang dari stasiun X *SAYA LUPA NAMANYA -___-" menuju stasiun Gubeng, tiba-tiba dia akan semakin melambat hingga kadang sampai berhenti. Ternyata ada mutiara selatan yang lewat. Jadi, sembari untuk bisa parkir manis di gubeng, si komuter harus nunggu si Mutsel berangkat dulu. Begitu juga ketika di stasiun Waru, komuter akan parkir manis menunggu Penataran tiba.

Alasan ketiga adalah karena tarifnya yang hanya Rp 2.000. Bener-bener tarif yang merakyat xD

Penumpang komuter beragam. Mulai dari anak sekolah, dosen hingga pegawai kantoran ada lengkap :D
Saya paling suka naik komuter jam 06.35 dari stasiun Sidoarjo karena saat jam tersebut komuter rame sama barang dagangan. Meskipun saya cuma sekali beli amplop angpao doang. Pegawai-pegawai kantoran tidak hanya asal duduk manis menunggu sampai tujuan, mereka membawa barang dagangan masing-masing. Dari yang berjualan nasi bungkus, kue-kue basah, sari kedelai *asli saya pingin beli ini, tapi belum pernah kesampaian beli; aksessoris, Tupperw*re, hingga pakaian ada lhoo.

Selain itu, para penumpang komuter di jam 6.35 rapi dan wangi. Lumayan memotivasi saya untuk segera bekerja *lhooo xD

Naik komuter itu menyenangkan. Bisa ketemu berbagai macam model orang. Dari yang bermuka serius baca  buku terus, ada yang ngajakin ngobrol cerita pekerjaannya sepanjang perjalanan, ada yang ngasih soal matematika, ada yang bercita-cita jadi penyanyi jadi sepanjang perjalanan nyanyi dengan handphone jadi mic, ketemu teman-teman lama dan sampai sekarang saya lupa namanya siapa --"

Gerbong paling belakang adalah gerbong favorit saya di komuter. Dulu saya suka di gerbong tengah atau depan, tapi gerbong-gerbong tersebut selalu penuh. Kalau di gerbong belakang, meskipun penuh, tapi seringkali ujung-ujungnya saya dapet tempat duduk.

Nah, semenjak semester 7 saya sering bawa motor ke kos karena di kos yang sekarang ada parkirannya. Alhasil, jadi jarang ngomuter. Karena saya udah bawa motor, saya beranggapan motor ini kastanya Waisya.
Naik pangkat gitu lah. Dari naik sudra jadi naik waisya.

Kenaikan sedikit pangkat ini membuat saya merindukan sudra T.T
Saya kangen naek komuter bareng temen kos saya yang dulu, Yomi. Karena rumah kami satu desa, jika jadwal pulang pas bersamaan kita pulang bareng deh.
Saya kangen masa-masa dimana kita senengnya bukan main kondekturnya bukan Pak Tugini :p
Kondekturnya berganti jadi mas-mas yang ganteng. Meskipun kondektur muda itu ternyata cuma sekali kita jumpai. Alhasil, kalau mendengar suara alat pelobang karcisnya kondektur mulai mendekat, kita akan menebak-nebak siapa gerangan. Errr..ternyata lagi-lagi pak Tugini yang muncul. kekeke
Tapi, meskipun sudah sepuh, Pak Tugini masih sigap dalam bekerja. Teman kos saya yang lain menilai pak Tugini itu berkharisma. Ceileee si Itul

Kondektur komuter sekarang jadi lebih tegas. Kalau ada yang merokok segera diingatkan kalau gerbong komuter adalah gerbong bebas sasp rokok. Yeaah, saya sangat setuju dengan ini karena saya cukup terganggu dengan bau rokok >.<
Tega sekali ada yang ngerobek stiker ini
Saya kangen harus berjalan terburu-buru dari turun bemo menuju stasiun karena takut ketinggalan kereta. Pernah suatu kali saya diantar bapak ke stasiun Tanggulangin. Komuter udah jalan meninggalkan stasiun Tanggulangin. Saya lari berlawanan arah menuju komuter. Beruntung masinisnya baik, jadi dia berhentiin komuter dan mempersilahkan saya naik sambil ditengokin mulu dari kemudinya. Saya berhasil naik tapi maluuu sekali karena para penumpang yang lain ngelihatin saya. huuuuh. Gapapalah, yang penting saya udah naik meskipun saya harus bayar tiket 2x lipat karena gak beli diloket.

Saya kangen ketika kesel nunggu komuter gak datang-datang, padahal ternyata dia sedang rusak. Kasian ya dia sudah merapuh :p
Pernah juga suatu kali saya kehabisan tiket komuter. Seumur-umur, baru pertama kali itu saya kehabisan tiket komuter. Biasanya tiket komuter selalu available.
Oh ya, ini selalu saya ingat ketika komuter jam 6.35 berhenti operasi. Waktu itu hujan dari minggu sore, senin paginya masih hujan. Ketika saya ke stasiun Sidoarjo, eh kok orang-orang pada balik. Ternyata komuter tidak beroperasi. Alhasil saya harus naek bemo. Sopirnya pas itu ngomel-ngomel karena macet :|
Lengkap sudah, mood breaker dipagi hari.

Dari semua itu, pada intinya adalah saya kangen naik komuter^^

Sekarang sih, saya seringnya ke stasiun untuk jemput adik. Biasanya saya yang dijemput~
Kalau kalian butuh info jadwal keberangkatan komuter SUSI (Surabaya-Sidoarjo) atau sebaliknya, jangan sungkan-sungkan untuk nanya ke saya. Sering sih teman atau saudara nanya jadwal kereta ke saya. Berasa papan jadwal berjalan saja. hahaha. Tapi saya seneng kok ada yang nanya :D

Comments

  1. aku pernah naik komuter gara-gara salah naik kereta n nyasar ke semut..hehehe

    ReplyDelete
  2. kok bisa salah naik kereta? komuter kan bentuknya beda. kekeke

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Perjalanan PCPM BI 2016 (PCPM 32)

September 2016 Beberapa grup mulai bertebaran informasi adanya rekrutmen BI ini. Entah kenapa saat hari pertama dibukanya lowongan PCPM ini saya langsung daftar, padahal biasanya saya daftar pada hari kesekian. Begitu daftar waah saya dapat nomor registrasi udah ratusan aja. Wajar aja sih, BI masih menjadi idola, tak heran yang registrasi hingga 86rb sekian (info dari pihak PPM saat seleksi potensi dasar. Berikut timeline yang saya capture dari website PPM. Alhamdulillah lolos dari seleksi administrasi. Saya mendapat jadwal untuk mengikuti seleksi potensi dasar pada hari Sabtu tanggal 24 September 2016, shift 2 (pukul 11.00). Tanggal tersebut bertepatan dengan jadwal wisuda. Saya telepon pihak PPM untuk reschedule  pada hari berikutnya yaitu Minggu. Alhamdulillah diizinkan dan saya disuruh datang pagian jam 6.30 (karena saya meminta ikut shift 1 hari tersebut). Waktu itu saya udah pasrah banget, kalau dikasih izin ikut tes hari berikutnya ya Alhamdulillah bang

PERPANJANGAN SIM DI SIM CORNER SUNCITY SIDOARJO

SIM CORNER SUNCITY MALL SIDOARJO Sebenarnya SIM C saya jatuh tempo November, tetapi Oktober 2016 lalu saya mengurus perpanjangan SIM. Alasannya karena suatu hari yang terik di Surabaya, di daerah Klampis (benar gak sih), dekat daerah Unitomo, Perbanas, dll ada operasi pemeriksaan SIM dan STNK. Alhamdulillah STNK dan SIM selalu saya bawa. Pak Polisi yang memeriksa saya saat itu mengingatkan saya untuk segera memperpanjang SIM C saya yang akan segera expired , karena lewat sehari saja tidak boleh, harus mengurus seperti baru. Pengalaman Mengantar Ibu (Februari 2015) Datang siang jam 10, SIM CORNER Suncity Mall Sidoarjo sudah tidak menerima kami yang baru datang, karena sudah ada jatahnya hari itu berapa SIM yang dicetak. Kami disarankan langsung mengurus di Polres Sidoarjo. Nah, ngurus di Polres ini nih yang bikin kelenger. Saran: Makan yang cukup sebelum ngurus di Polres Sidoarjo dan stok kesabaran harus ekstra. Dari sinilah saya berjanji saat ngurus perpanjangan SIM saya

Jalan-jalan ke Depo Pasar Ikan Sidoarjo

Kalau mau jalan-jalan ke Sidoarjo enaknya kemana? Sering bingung kalau ditanya kalau ke Sidoarjo enaknya kemana. Saya ada usul. Kalau ke Sidoarjo ke Depo Pasar Ikan yuk! Apa? Pasar ikan? Ya, benar. Sebagai arek darjo  asli (lahir di Sidoarjo, bahkan ibu dan bapak juga asli Sidoarjo) harus pernah dong mengeksplorasi tempat-tempat seperti ini, biar tidak dipertanyakan ke-Sidoarjo-annya. Suatu hari ada teman datang dari kota lain ke Sidoarjo, saya sebagai arek darjo  bingung juga mau ngajak jalan kemana. Akhirnya saat itu saya mengajaknya ke Sentra Tas Tanggulangin dan ke Indah Bordir. hehehe. Fyi , Indah Bordir itu salah satu 'surga' belanja pakaian wanita dan pria (mungkin lebih tepat bagi wanita). Benar saja, teman saya pingin diajak lagi kesini padahal dia udah borong beberapa potong baju. Duh , ngelantur. Kembali lagi ke Depo Pasar Ikan. Dimana tempatnya? Jalan Lingkar Timur, Sidoarjo. Berada di km berapanya saya juga tidak hafal, browsing sana sini belum